Model pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan model pembelajaran mencari pasangan yang
dikembengkan Lorna Currant (1994). Merupakan salah satu
alternative yang dapat diterapkan kepada murid. Penerapan model ini di mulai
dari teknik yaitu setiap murid mendapat sebuah kartu, lalu secepatnya mencari
pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran make a
match akan riuh tetapi sangat asik dan menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif make a match memiliki potensi yang lebih besar dalam pembelajaran
matematika.
Suprijono (20010: 95) menyebutkan bahwa “hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu”. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi dari pertanyaan-pertanyaan (soal) dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topic yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau tujuan).
- Setiap murid mendapat satu buah kartu.
- Setiap murid mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan PERSEBAYA berpasangan dengan kartu SURABAYA, atau pemegang kartu yang berisi nama SBY berpasangan dengan pemegang kartu PRESIDEN RI.
- Murid bias juga bergabung dengan 2 atau 3 murid lain yang memegang kartu 3+3 membentuk kelompok dengan pemegang krtu 2 x 3 dan 12 : 2
Berdasarkan pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
bagi murid antara lain sebagai berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian murid
3. Mampu meningkatkan hasil belajar murid mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal
Model make a match atau mencari pasangan membutuhkan alat bantu berupa
kartu-kartu yang berisi dengan materi baik berupa sol maupun jawaban yang cocok
untuk sesi review. Hal ini sangat menarik dengan menantang bagi murid untuk
bermain dan menjawab berbagai kartu yang berisi materi pembelajaran tersebut.
Adapun langkah-langkah yng seharusnya dilakukan oleh guru dalam model tersebut
menurut Rusman (2010: 223):
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian lainnya bentuk jawaban.
- Setiap murid mendapat satu buah kartu.
- Tiap murid memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
- Setiap murid mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Artinya murid yang kebetulan mendapat kartu “soal” maka harus mencari pasangan yang memegang kartu “jawaban soal” secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.
- Setiap murid dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.
- Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap murid mendapat kartu yang berbeda sebelumnya.
- Demikian seterusnya samapai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua murid.
- Kesimpulan/penutup
Lie (2002: 55) Pembelajaran kooperatif tipe make a match berdasarkan temuan dilapangan mempunyai kelebihan dan
kelemahan sebagai berikut:
- Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move).
- Kerjasama antara sesame murid terwujud secara dinamis.
- Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh murid.
- Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana menyenangkan.
Selain memiliki kelebihan dalam pembelajaran ini, juga
terdapat kelemahan dalam penerapan yaitu:
- Diperlukan bi,bingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
- Waktu yang tersedia perlu dibatasi jagan sampai murid terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
- Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai.
- Jika kelas anda termasuk gelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas) berhati-hatilah.
- Memakan waktu yang banyak karna sebelum masuk kelas terlebih dahulu kita mempersiapkan kartu-kartu.
No comments:
Post a Comment