ELearning
(Muhammad Naharuddin, S.Pd.)
Setelah
pulang dari pelatihan pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran, tampaknya Pak Reza semakin semangat
menggunakan laptop di dalam kelas. Hampir semua materi dia sampaikan
menggunakan senjata barunya, laptop dan projector. Tidak henti-hentinya pak
Reza menekan tombol next dan dengan semangat menjelaskan dari slide satu ke
slide yang lain. Matanya sekali-kali melirik layar bergantian dengan
pandangannya kepada murid-muridnya. Setelah itu pak Reza memberikan alamat link
untuk pembelajaran lanjutan agar murid-muridnya dapat menggali lebih banyak
tentang materi yang disampaikan.
Pak
Reza diberitahukan oleh pelatih pada saat pelatihan bahwa dengan memanfaatkan
TIK, pembelajaran jadi lebih menyenangkan dan materi bisa disampaikan dengan
lebih cepat. Memang itulah yang pak Reza dapatkan pada saat memberikan materi
di kelas. Namun, ketika tiba waktu evaluasi hasil belajar, pak Reza merasa
heran dengan perolehan nilai muridnya. Sepertinya dengan memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran tidak terjadi perubahan signifikan dalam perolehan nilai muridnya,
bahkan dalam beberapa materi terjadi penurunan nilai dibandingkan ketika pak
Reza belum memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.
Seperti
halnya pendidik yang baik, pak Reza melakukan refleksi pengajaran yang dia
lakukan. Dia menyadari bahwa selama memanfaatkan TIK dalam pembelajaran, fokus
pembelajaran bukan lagi kepada muridnya tetapi lebih kepada slide yang
ditampilkan di depan kelas. Murid tidak lagi aktif, tetapi cenderung lebih
pasif. Pembelajaran bukan lagi student centered, bukan juga teacher centered,
tetapi lebih kepada slide centered.
Pelatihan
yang didapatkan pak Reza diharapkan dapat mendorong pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran. Namun ada satu komponen yang kurang diperhatikan dalam sebuah
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, padahal komponen ini adalah komponen
yang paling utama dalam pembelajaran, yakni peserta didik. Sudah siapkah
peserta didik memanfaatkan TIK dalam pembelajaran/eLearning?
Untuk
mengetahui sampai sejauh mana kesiapan peserta didik dalam memanfaatkan TIK
dalam pembelajaran, tanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik hal berikut:
1.
Sampai sejauh mana mereka menguasai teknologi yang dipakai dalam
pembelajaran. Sebagai contoh: Apakah peserta didik tahu bagaimana
menjalankan file animasi di komputer mereka? Plugin apa saja yang diperlukan
(Flash, Real Media, Shockwave, PDF)?
2.
Pengalaman mereka dengan pembelajaran berbasis TIK atau eLearning.
Sebagai contoh: Apakah peserta didik pernah mendapatkan pembelajaran eLearning
sebelumnya? Apa saja masalah dan tantangan yang mereka hadapi? Kecakapan
belajar apa saja yang diperoleh dengan memanfaatkan eLearning?
3.
Harapan mereka dengan adanya pembelajaran berbasis TIK. Sebagai contoh:
Pengetahuan atau kecakapan apa yang diharapkan dengan mengikuti pembelajaran
berbasis TIK?
4.
Waktu yang tersedia. Sebagai contoh: Berapa jam per hari atau per minggu
yang tersedia bagi peserta didik untuk membuka tautan/link untuk pembelajaran
mandiri? Bagaimana komitmen peserta didik untuk melakukan pembelajaran online?
5.
Kemudahan mereka dalam mendapatkan akses teknologi dan/atau internet.
Sebagai contoh: Apakah peserta didik dapat mengakses internet di luar sekolah?
Bagaimana cara mengaksesnya? Apakah di rumah atau di warnet? Apakah terdapat
komputer yang dapat digunakan untuk pembelajaran online?
6.
Kenyamanan mereka menggunakan komunikasi synchronous dan asynchronous.
Sebagai contoh: Apakah peserta didik merasa nyaman dengan melakukan komunikasi
melalui chatting dan email atau forum diskusi? Apakah sebelumnya peserta didik
pernah mengikuti forum diskusi online?
7.
Bantuan teknis yang dapat diperoleh. Sebagai contoh: Apakah terdapat
anggota keluarga mereka yang mampu membantu pada saat terjadi problem teknis
dengan komputer yang sedang digunakan? Apakah terdapat kontak technical support
ISP apabila internet tidak dapat diakses?
Sun
Tzu dalam Art of War, mengatakan “If you know your enemy and know yourself, you
need not fear the results of a hundred battles.” Sama halnya dalam
pembelajaran, seorang pendidik harus mengetahui kondisi dirinya dan kondisi
peserta didik untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal. Seringkali yang
dilakukan pendidik lebih pada kesiapannya mengajar di depan kelas, dan bukan
kesiapan peserta didik. Dengan melakukan analisa peserta didik terlebih dahulu,
pak Reza dapat memenangkan
pembelajaran.
No comments:
Post a Comment