PENDIDIKAN
PERBANDINGAN
BAB
1
PENDAHULUAN
Dalam
perjalanan sejarahnya sejak tahun tiga puluhan sampai dewasa ini, pendidikan
perbandingan menunjukkan gejala yang sifatnya khas, yang perlu dicatat sebagai
pendahuluan naskah ini. Perjalanan yang telah berlangsung beberapa puluh tahun
menunjukkan perkembangannya sebagai ilmu yang semakin mantap baik dalam artian
isi maupun metode.
Salah satu contoh tentang pemikiran yang mengandung dilema itu di antaranya
nampak bila ditelusuri pandangan beberapa tokoh pendidikan perbandingan seperti
Isaac Leon Kandel dan Nicholas Hans. Kandel menyatakan bahwa studi perbandingan
itu baru dapat mengungkapkan makna pendidikan yang sesungguhnya bila kekuatan
dan faktor yang tidak tampak (intangible) namun besar peranannya bagi
pengembangan sistem pendidikan dipelajari dengan seksama pula. Pandangan
Kandel menumbuhkan pertanyaan, terutama tentang mana yang lebih penting untuk
dipelajari : pendidikan atau malahan kekuatan dan faktor yang lain yang mungkin
meliputi sejarah atau kehidupan sosial budaya. Kalau tekanan dalam studi
diletakkan pada kekuatan dan latar belakang, maka dapat dipertanyakan apa guna
mempelajari sistem pendidikan beberapa negara itu. sebaliknya, bila tekanannya
diletakkan pada sistem pendidikannya, dapat dirasakan studi itu kurang ilmiah.
Lain dari itu, tokoh lain, yaitu Nicholas Hans memandang bahwa pendidikan
perbandingan seyogyanya memusatkan perhatiannya pada sekolah dan hubungan
antara sekolah dan masyarakat. Hans memandang aspek-aspek ini sangat
penting artinya karena sistem persekolahan mempunyai sumbangan terhadap
perkembangan (kontinuitas) kebudayaan. Dalam hal ini Hans berpendapat
bahwa studi komparatif bersifat praktis dan
operasional. Dengan
memperhatikan dua contoh itu selain dapat diamati adanya aspek-aspek dilematis
juga adanya beberapa jenis metodologi yang dapat diterapkan dalam pendidikan
perbandingan.
PAMONG dan IMPACT (Instructional
Management by Parents, Community dan Teachers) diselenggarakan sebagai rintisan
dengan mengadakan sekolah-sekolah ini dilakukan oleh sebuah lembaga yang
dikenal sebagai INNOTECH (Innovation and Technologi in Edication), yang
berkedudukan di Quezon City, Filipina.
Metode-metode
seperti survey dan deskriptif digunakan untuk menyiapkan proyek ini para tahun
tujuh puluhan, dan pada masa pelaksanaannya (implementasinya) digunakan metode
eksperimen. Meskipun dewasa ini telah mencapai tahap desiminasi, proyek ini
masih ada, dan oleh INNOTECH terus diperbandingkan hasilnya.
Penggambaran singkat tentang isi dan metode pendidikan perbandingan di
muka, diharapkan sekedar menjadi pengingat-ingat bagi pembaca tentang sosok
kasar pendidikan perbandingan. Ada pun inti utama tulisan ini adalah tentang
masalah-masalah pendidikan.
Pendidikan selalu berwajah dua, namun selalu diharapkan menyatu. Pendidikan
selalu berwajahkan ide, cita-cita, dan kenyataan, atau lebih singkatnya teori
dan praktek. Masalah dalam bidang pendidikan timbul bila terjadi kekurang-harmonisan
atau kesenjangan anatar dua kutub itu.
Kompleksitas pendidikan diisyaratkan oleh aspek-aspek yang penting kedudukannya
dalam kehidupan manusia, misalnya masyarakat yang selalu berubah, ekonomi yang
terus ditingkatkan, dan berbagai tuntutan yang mengenai politik. Jangkauan
pendidikan terhadap aspek-aspek itu menagarah pada tercapainya kesejahteraan
lahir dan batin bagi masyarakat dan warganya.
Sejumlah ide, teori dan cita-cita yang diperkirakan dapat digunakan sebagai
landasan pendidikan untuk mencapai tujuan itu telah dikembangkan, dan di
samping itu telah diikuti pula oleh pengembangan berbagai strategi, sarana, dan
metode yang relevan. Pengamatan yang telah dilakukan para ahli, termasuk di
antaranya ahli pendidikan perbandingan, menunjukkan adanya sejumlah masalah
yang perlu dipecahkan atau diselesaikan. Masalah-masalah itu ada karena terjadi
kesenjangan sebagaimana disinggung di muka.
Ditinjau dari segi pendidikan internasional dan perbandingan, masalah-masalah
itu ada baik di negara-negara yang telah maju maupun berkembang. Namun, untuk
negara maju kesemuanya itu dapat dipandang telah menjadi rutin, malahan para
ahli telah mengadakan antisipasi sebelumnya. Misalnya, ketika di Amerika
Serikat diadakan proyek Headstart, suatu proyek tentang peningkatan kemampuan
berbahasa dan baca tulis bagi anak-anak normal yang tergolong terbelakang
karena berasal dari kelompok masyarakat rendah, telah diantisipasikan :
keberhasilannya tidak akan mencapai seratus persen. Perkiraan ini timbul karena
sifat pengadaan proyek itu yang dilaksanakan atas dasar-dasar ilmiah. Artinya
dapat diperkirakan bahwa karya ilmiah memang upaya menemukan kenyataan dan
kebenaran, yang di dalamnya ditolerir adanya kekurang sempurnaan. Penilaian
terhadap hasil proyek ini menunjukkan adanya anak-anak yang tidak menanpakkan
peningkatan baca tulis secara nyata, meskipun telah dan berpartisipasi sebagai
subyek dari proyek. Alasannya adalah adanya sifat heterogenitas dari target
populasi.
Sementara ahli, diantaranya I.N. Thut dan Don Adam, menyatakan dalam
bukunya yang diberi judul Educational Patterns in Contemporary
Societies, bahwa kebiasaan menafsirkan masalah-masalah pendidikan seperti
di negara-negara maju ada kalanya kurang tepat untuk diterapkan di
negara-negara berkembang. Sesuatu usaha pendidikan di negara-negara maju dapat
kurang cepat atau kurang masal bila diterapkan di negara berkembang. Misalnya,
pendidikan universal yaitu wajib belajar, yang di Inggris dicapai dalam jangka
waktu lebih dari lima puluh tahun dan demikian pula di Jepang, akan terlalu
lambat untuk pencapaian target yang sama bila diterapkan di negara-negara
berkembang seperti Indonesia.
Tulisan ini menampilkan beberapa aspek pendidikan beserta masalah serta
penyelesaiannya. Penampilan yang diupayakan penulis adalah bermula dari
perkiraaan bahwa kesemuanya itu bersifat internasional yang dapat ditampilkan
secara komparatif. Agar penampilan itu mempunyai sifat komparabilitas yang
memadai tulisan ini berfokuskan negara berkembang.
Oleh karena ciri utama negara-negara berkembang dewasa ini adalah melaksanakan
pembangunan, maka tulisan ini selalu berusaha untuk menghubungkan pendidikan
dengan perkembangan masyarakat dan pembangunan. Tinjauan itu terutama sekali
berlandaskan pada beberapa teori yang lazim digunakan oleh para ahli untuk
meninjau masalah-masalah sosial.
Setelah diadakan tinjauan tentang apa dan mengapanya hubungan dan peranan
pendidikan terhadap perkembangan masyarakat, mengadakan konstatasi permasalahannya,
tulisan ini ditutup dengan kesimpulan dan saran-saran. Saran-saran ini penulis
tujukan kepada peminat pendidikan perbandingan.
Tulisan ini disiapkan dengan menggunakan sumber yang telah ada dalam bidangnya.
Oleh karena itu, pada hakekatnya tidak bersifat primer. Namun, penulis berharap
semoga dapat menjadi bekal bagi para pembaca untuk lebih merenungkan
tentang pendidikan dalam artian perbandingan.
Untuk memenuhi harapan-harapan di atas tulisan ini disusun sebagai berikut:
Secara garis besar pembahasan terdiri dari dua bahagian yaitu pendidikan
perbandingan secara umum dan perbandingan pendidikan islam. Pendidikan
perbandingan secara umum dimulai dari bab pertama adalah bab pendahuluan yang
membahas pengertian pendidikan perbandingan dan tujuan untuk mempelajarinya.
Pada bab kedua membahas perbandingan pendidikan formal dan non formal.
Selanjutnya pada bab ketiga penulis membahas konsep-konsep pengembangan
pendidikan dan hubungannya dengan aspek kehidupan masyarakat.
Bab keempat pembahasan difokuskan pada pendidikan formal tingkat dasar dan
menengah dihubungkan dengan dana dan dibandingkan dengan aspek sosial, ekonomi
dan politik. Terakhir dari bahagian pertama ini yaitu bab kelima penulis
membahas peran pendidikan di dalam kehidupan masyarakat, pendidikan di negara
berkembang serta perbandingan ekonomi dengan pendidikan.
Pada bab ketujuh penulis membahas lembaga-lembaga pendidikan Islam yang pertama
muncul, selanjutnya bab kedelapan penulis membahas perbandingan tujuan
pendidikan Islam, bab kesembilaan pembahasan difokuskan pada sistem pendidikan
Islam, dan bab kesepuluh kurikulum pendidikan Islam, sedangkan bab kesebelas
merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.
BAB II
PENDIDIKAN PERBANDINGAN
Suatu titik pandang tentang pendidikan yang relevan dengan maksud studi
perbandingan ialah bila pendidikan itu selalu dilihat dalam kaitan dengan
masyarakat dan negara. Berarti, pendidikan tidak hanya dipandang sebagai upaya
atau bantuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki subyek
didik agar menjadi nyata, namun perlu pula ditinjau tentang kaitan antara
individu dengan masyarakat dan negara.
Meskipun pendidikan itu berlangsung pula secara informal seperti halnya dalam
keluarga, namun peranan negara dan masyarakat pada umumnya cukup besar.
Kebutuhan-kebutuhan yang selalu meningkat menyebabkan terjadinya semacam
mobilitas dalam hal mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Adapun yang dimaksud
dengan mobilitas adalah keikutsertaan banyak fihak untuk menjadikan pendidikan
itu wahana yang menentukan dalam pencapaian kesejahteraan warga-warga negara
yang bersangkutan.
Wahana-wahana tertentu akan diulas berikut ini, dan ini meliputi : pendidikan
formal dan pendidikan non-formal. Oleh karena bagian-bagian ini akan meninjau
dua jenis pendidikan itu mengenai sahamnya terhadap perkembangan masyarakat,
maka uraian tentang dua jenis pendidikan itu merupakan bekal bagi dasar telaah
bagian-bagian berikut.
A.
Tujuan Pendidkan
Telah disinggung pada bab pendahuluan bahwa pendidikan itu merupakan karya
manusia yang cukup kompleks. Pendidikan berdimensi banyak, yang dimulai dari
individu atau subyek didik, masyarakat termasuk keluarga, dan negara.
Kesemuanya itu berkepentingan dan mempunyai saham penentuan dan pengembangan
dari dimensi-dimensi tertentu tentang pendidikan.
Sesuai dengan ulasan selintas tentang dimensi pendidikan di muka dan perhatian
terhadap studi komparasi yang pada asasnya bersifat lintas bangsa dan negara,
maka diperlukan rumusan tentang tujuan pendidikan yang komprehensif. Dalam
hubungan ini tokoh pendidikan bangsa Amerika, yang bernama Mortimer F. Adler,
merumuskan tujuan pendidikan sebagai berikut : 1)
1. Memberikan
kesempatan untuk perkembangan pribadi dan peningkatan diri. Kesemuanya ini
meliputi segi mental, moral dan spiritual.
2. Memberikan peningkatan peranan individu sebagai warga negara.
3. Menuntun
agar mampu memiliki penghidupan dan kehidupan yang memadai karena memiliki
jabatan atau pekerjaan tertentu.
Tinjauan dari sudut pandang rumusan tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana
tercantum dari Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1983, menghasilkan
analogi sebagai berikut : 2 )
1. Rumusan angka 1
sesuai dengan rumusan GBHN yang meliputi aspek-aspek : Pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Mahaesa, dan mempertinggi budi pekerti.
2. Rumusan angka 2
sesuai dengan rumusan dalam GBHN yang meliputi : memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan ... dan seterusnya, sedangkan
3. Rumusan angka 3 sesuai
dengan rumusan tujuan dalam GBHN yang meliputi : meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan.
B.
Pendidikan Formal dan non Formal
Secara konvensional konsepsi tentang pendidikan mengenali jalur-jalur
pendidikan formal, non-formal, dan informal. Oleh karena pendidikan formal dan
non-formal itu terlembaga secara nyata dalam masyarakat, ada cukup banyak
kritik mengenai efektivitas fungsi lembaga pendidikan formal dan non-formal
itu. Kritik terhadap pendidikan formal lebih tajam dibandingkan dengan pendidikan
non-formal.
Dalam bukunya yang terkenal dan berjudul Deschooling Society, Ivan
Illich mengemukakan kekurang-efektivan sistem persekolahan. Kritik meliputi
antara lain : sifat keterasingan anak yang diderita karena selalu berada dalam
sistem persekolahan, bahwa sekolah lebih mengutamakan kompetisi untuk mengejar
nilai dari pada pendidikan kepribadian, bahwa sekolah ” mengerdilkan”
kepribadian anak karena ” mengurungnya” selama beberapa tahun.3)
Dengan kurikulum yang tersusun dengan jelas dan penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran yang teratur menjadi tempat mendidik dan mengajar yang efesien.
Harapan sementara pihak bahwa sekolah menjadi lembaga yang memadai peranannya
untuk memberikan bekal pengetahuan dan pembentukan kepribadian bagi siswa-siswanya
untuk terjun ke masyarakat, bukanlah suatu yang tanpa dasar.
Persekolahan juga menjadi sistem pendidikan yang jelas kedudukannya dalam
masyarakat. Konsepsi bahwa pendidikan yang memadai bila berjenjang berurutan,
malahan ada yang berkonsepsikan satu jalur (”single track”), atau beberapa
jalur, dianut oleh banyak negara.
Tentang pendidikan non-formal, yang selama ini berperan sebagai sistem
pendidikan alternatif disamping pendidikan formal, yang juga merupakan wahana
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dianut dan ada dibanyak negara.
Kritik terhadap jalur pendidikan ini tentulah ada dijumpai pula.
Pendidikan informal dalam tulisan ini, tidak dibahas secara khusus. Ini
berdasarkan atas pertimbangan bahwa pendidikan in-formal sangat banyak
variasinya. Dengan mengambil misal seperti terdapat dalam keluarga, corak
pendidikan keluarga dalam suatu negara saja dapat diperkirakan sulit dijangkau
variasinya.
Penggunaan istilah-istilah pendidikan formal, non-formal, dan informal dalam
tulisan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa istilah-istilah tersebut sudah
baku. Dewasa ini negara-negara di dunia memiliki pendidikan berjenjang yang
disebut pendidikan formal dengan sistem persekolahannya. Malahan jenjangnya pun
konsisten, yaitu : rendah, menengah dan tinggi. Jadi, dari sudut ini perihal
pendidikan formal ini dapat dipandang adanya kesamaan pada lintas negara.
Penerimaan siswa pada sekolah menengah di Malaysia terbuka dalam arti bagi
siapa pun yang mempunyai tanda tamat belajar sekolah dasar, demikian pula,
untuk Filipina. Di Thailand demikian pula, namun ada flaksibilitas, siswa
bergerak dari jalur akademik ke vokasional atau sebaliknya, dengan berdasarkan
atas prestasi siswa selama belajar di sekolah menengah tersebut.
Di Singapura dan Indonesia penerimaan siswa sekolah menengah didasarkan atas
hasil yang dicapai siswa sebagaimana tertera pada tanda tamat belajar sekolah
dasar.
Oleh karena telaah komparatif yang bersifat analitis interpretatif itu lebih
mengantarkan makna pendidikan daripada yang junkta posisi, maka dijadikan
landasan tulisan ini. Tiga jalur pendidikan di perhatikan, namun seberapa dapat
dicari maknanya dalam kaitan dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan di masyarakat.
C.
Pendidikan Perbandingan
Pendidikan perbandingan sebagaimana dirumuskan pengertiannya oleh Kandel dan
Hans menunjukkan tentang perlunya memperhatikan dua wajah pendidikan, yaitu
teori dan praktek. Spektrum ini selalu menjadi dimensi penting dalam perjalanan
pendidikan perbandingan, dan pada tulisan ini seberapa dapat selalu mendapatkan
perhatian.
Sebuah ikhtisar tentang kecenderungan perkembangan pendidikan perbandingan yang
ditulis oleh Gail F. Kelly dan kawan-kawan dan dimuat dalam buku Comparative
Education, menunjukkan ciri-ciri pendidikan perbandingan yang lebih kurang
sebagai berikut ini. Uraian singkat ini diringkaskan dari buku dengan judul
tersebut pada halaman 505-533: 4)
1.
Tentang isi (”cintent”):
a. Perbandingan
sistem-sistem pendidikan nasional dengan maksud memberi sumbangan timbulnya
saling pengertian internasional, perbaikan atau pembaharuan pendidikan (sampai
dengan tahun 1960). Menurut perkiraan pendidikan perbandingan mulai berkembang
secara sistematis menjadi disiplin ilmu sejak permulaan tahun 1930-an.
b. Analisis
tentang hubungan sekolah dan masyarakat (sampai dengan tahun 1960). Dalam
hubungan ini, Nicholas Hans misalnya, meneliti tentang peran yang dapat
dilakukan oleh sekolah dalam pengembangan kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan. Kalau dalam konkritnya dua rangkuman contoh isi (a dan b) di atas
selalu bersifat komparatif, artinya membandingkan pendidikan negara yang satu
dengan negara yang lain, C. Arnold Anderson mengetengahkan studi yang mendalam.
Menurut tokoh ini, studi mendalam mengenai suatu fenomena pendidikan suatu
negara dapat digunakan sebagai materi studi komparatif. Dengan menggunakan
parameter tertententu suatu studi untuk negara tertentu dapatlah diuji adanya
pada negara yang lain.
c. Studi tentang
modernisasi. Sebagian materi studi sejak masa akhir tahun enam puluhan berkisar
pada masalah modernisasi. Dengan menggunakan kerangka pikir teori modernisasi
para ahli berusaha memperoleh pengertian tentang apakah suatu negara telah
mencapai atau sedang bergerak ke arah modernisasi. Dalam hubungan ini peranan
pendidikan juga ditelaah dalam kaitan dengan perkembangan masyarakat dan
perekonomian negara-negara yang bersangkutan.
2. Tentang metode :
Uraian pada awal bab ini menyebutkan bahwa peminat pendidikan perbandingan itu
bermacam-macam, yaitu dari ahli dalam bidangnya, pendidik, sampai
pejabat-pejabat dalam perencanaan dan kerja sama regional dan internasional
dalam bidang pendidikan. atas dasar pernyataan ini, maka pendidikan
perbandingan bervariasi bidang isi telah memperoleh tempat pada bagian
yang terdahulu, maka, pada bagian ini akan diuraikan secara singkat ciri-ciri
tentang metode.
Variasi tentang metode ini telah disinggung secara singkat pada bab pendahuluan
ketika dibicarakan tentang pandangan-pandangan Kandel dan Hans mengenai pengembangan
pendidikan perbandingan. pada bagian ini disebutkan bahwa dengan mengikuti
pandangan Kandel tentang pendidikan perbandingan, maka, metode-metode yang
perlu dikembangkan adalah historis, komparatif, dan filosofis. Bila diikuti
pandangan Hans, metode yang terutama sekali diperlukan adalah deskriptif dan
eksperimental.
Ada tokoh-tokoh yang memikirkan dan mengusahakan adanya metode tertentu yang
dapat menjadi ciri khas pendidikan perbandingan. Tokoh-tokoh itu, diantaranya,
Andreas Khasamias, Harold Noah dan Max Eckstein. Dua tokoh terakhir ioni secara
khusus mengungkapkan pandangannya dalam buku yang berjudul Toward a Saince
in Comparative Education, dengan mengatakan bahwa studi komparatif tidaklah
seyogyanya bersifat impresionistik, melainkan perlu berpegangan secara ketat
paradigma ilmu dari ilmu-ilmu sosial. data empirik perlu diutamakan, dan
ditinggalkan pengungkapan data yang berdasarkan kesan-kesan. Perkembangan
pendidikan perbandingan memang ada kecendrungan mempunyai ciri semacam ini.
Fokus utam pendidikan perbandingan, menurut tokoh-tokoh ini adalah hubungan
antara sekolah dan masyarakat, yang untuk ini perlu dikembangkan pengetahuan
baik secara teoritik maupun praktis, serta metode yang diperlukan. Dengan
konstruksi pikir ini dapat dikembangkan hukum-hukum dan bila ini telah
diketemukan, maka peranan pendidikan terhadap perkembangan masyarakat dan
kebudayaan, misalnya, menjadi jelas pula.
Konsepsi yang dirumuskan oleh Noah dan Eckstein ini barasal dari gurunya, yaitu
George Bereday, yang telah menuliskan konsepsinya dalam Comparative Method
in Education. Hal yang berbeda dengan pandangan Bereday adalah metodenya.
Kalau Bereday berpendapat bahwa studi perbandingan itu dapat menggunakan metode
kuantitatif atau kualitatif, Noah dan Eckstein meyogyakan penggunaan metode
kuantitatif sebagai metode utama. Dengan kuantitatif kaidah-kaidah ilmiah
seperti obyektivitas dan replikatif dapat terpenuhi.
Pandangan yang senada dikemukakan oleh Brian Holmes, yang dituliskan dalam
bukunya yang diberi judul Problems in Education : A Camparative Approach. Ia
mengemukakan bahwa agar sifat ilmiah pendidikan perbandingan sungguh-sungguh
dapat dicapai, dalam metodenya perlu dipenuhi syarat-syarat seperti :
obyektivitas, pengembangan kategori-kategori perbandingan yang konsisten dan
mantap, metode yang cermat dalam pengumpulan data, analisa yang runtun, dan
sebagainya.
Menurut Holmes, hasil studi pendidikan perbandingan memberikan data-data yang
dapat digunakan sebagai pemecahan masalah pendidikan tertentu. Ini dapat
meliputi ruang lingkup baik yang sempit maupun yang luas. Yang sempit seperti
halnya tentang kegiatan-kegiatan kelas dan sekolah, sedangkan yang luas dapat
meliputi hubungan sekolah dan masyarakat ataupun transfer teori dan praktek
pendidikan dari suatu negara ke negara yang lain.
3.
Tentang pendekatan
Pendekatan yang digunakan oleh para ahli dalam studi komparatif dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu makro dan mikro. Analisis makro juga disebut
analisis tentang sistem pendidikan dunia.
Pendahuluan dan analisis mikro dapat mengambil ruang lingkup secara regional
atau lokal. Dapat secara khusus menganai berbagai pelaksanaan pendidikan atau
hubungan antara sekolah dan masyarakat baik yang berlangsung dalam suatu negara
maupun lintas negara.
Analisis mikro ini merupakan studi yang tidak jarang bersifat mendalam.
Sementara ahli melihat bahwa hasil pandidikan suatu jenis sekolah tidak dapat
semata-mata dipelajari hanya dari analisis tentang kebijaksanaan pendidikan
seperti penentuan kurikulum, pendidikan guru dan ujian-ujian. Berbagai
latarbelakang perlu ditelaah, misalnya sistem nilai masyarakat yang
bersangkutan dan adanya kelompok-kelompok serta stratifikasi sosial.
Latarbelakang sosial ini ikut mengambil bagian dalam pencapaian kemampuan dan
taraf berpikir siswa-siswa di sekolah. Demikian pula keadaan ekonomi. Sering
kali siswa-siswa tertentu tidak dapat maju di sekolah karena mereka berada pada
lapisan bawah masyarakat.
Untuk menyelenggarakan studi semacam ini pendekatan mikro menggunakan landasan
ilmu-ilmu seperti antropologi dan sosiologi dengan pengamatan yang khas seperti
fenomenologi dan interpretasi.
Uraian singkat di atas pada hakekatnya menunjukkan sifat lintas disiplin
(interdiscipliner) dari pendidikan perbandingan.
Pendekatan dan
Isi Tulisan Ini
Bagian-bagian
berikut tulisan ini mengetengahkan beberapa jenis masalah pendidikan. Tinjauan
yang penulis kemukakan bukanlah suatu komparasi yang bersifat junktaposisi,
melainkan mengetes fungsi pendidikan formal terhadap beberapa aspek kehidupan
dengan memperhatikan lintas negara. 5)
Terlebih dahulu penulis akan mengadakan identifikasi masalah-masalah dari sudut
pandang internasional. Langkah selanjutnya mengadakan justifikasi untuk
memperoleh penguatan bahwa masalah-masalah itu wajar untuk dipelajari.
Selanjutnya dipresentasikan sejumlah data untuk memperoleh gambaran tentang
penyelesaiannya. Metode yang digunakan adalah deskriptif.
Ringkasan
Titik pandang
tentang pendidikan yang relevan dengan maksud studi perbandingan adalah
meninjau pendidikan dalam kaitan dengan masyarakat dan negara. Ini
terlebih-lebih relevan untuk negara berkembang karena pada umumnya sedang
menyenggarakan pembangunan dengan tumpuan yang kuat terhadap peranan
pendidikan.
Untuk menelaah tujuan pendidikan secara komparatif diperlukan rumusan yang
luas. Salah satu di antaranya rumusan yang luas. Salah satu di antaranya
rumusan yang berasal dari Mortimer F. Adler. Rumusan ini meliputi pengembangan
diri, peranan individu sebagai warga negara, dan kaitannya dengan kehidupan dan
penghidupan. Rumusan ini sejalan dengan rumusan tentang tujuan pendidikan di
Indonesia.
Meskipun telah ada kritik-kritik terhadap eksistensi dan penyelenggaraan
pendidikan formal, tulisan ini terfokuskan pada jenis pendidikan ini. Ini
disebabkan oleh kenyataan pendidikan formal sampai sekarang tidak dapat
diabaikan baik eksistensi maupun penyelenggaraannya. Adanya jenis pendidikan
ini bersifat universal.
Selama perkembangannya yng telah tiga dekade lamanya, pendidikan perbandingan
mengalami penajaman-penajaman tentang isi dan metodenya. Cabang ilmu ini tidak
bersifat monometodologik, dan isinya pun berkembang sejalan dengan isyu-isyu
internasional dalam bidang pendidikan.
Tulisan ini menfokuskan pada peranan pendidikan formal terhadap perkembangan
masyarakat dengan pendekatan mengetes isyu secara lintas negara. Penyajian yang
ditampilkan oleh penulis bersifat deskriptif.
Catatan
1 ) Mortimer J. Adler, An Educational
Manifesto,New York : The Macmillan Publishing Co. Inc., 1982, hal. 16-18.
2 ) Materi tentang pendidikan di Indonesia ini
diringkaskan dari Garis-Garis Besar Haluan Negara Th. 1983, Sektor Agama dan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sosial Budaya, tentang Pendidikan
huruf a.
3 ) Ivan Illich, Deschooling Society, New
York : Harrow Books : Harper and Row, Publishers, 1972, Bab 1.
4 ) Philip G. Altbach, Robert F. Arnove, and Gail
P. Kelly (editors), Comparative Education, New York : The Macmilian
Publishing Co, Inc., 1982, hal. 505-533.
5 )
Untuk beberapa pendekatan di antaranya junktaposisi, periksa Imam Bernadib, Pemikiran
Tentang Metode pada Pendidikan Perbandingan, Yogyakarta : IKIP Yogyakarta,
1985.
No comments:
Post a Comment